Rabu, 29 Februari 2012

TEORI PERKEMBANGAN KARIR TIEDEMAN&O'HARA


BAB II
PEMBAHASAN


A.      Teori Perkembangan David Tiedeman & O’hara
Konsep kunci Tiedeman dalam pendekatan konselingnya terhadap perkembangan karir adalah self-development dalam pengertian yang luas. Fokus utamanya adalah perkembangan kognitif total individu dan proses pembuatan keputusan yang dihasilkannya. Menurut Tiedeman, perkembangan karir terjadi dalam proses perkembangan kognitif secara umum ketika individu mengatasi krisis egonya yang relevan. Dia yakin bahwa perkembangan identitas ego merupakan faktor yang sangat penting dalam proses perkembangan karir.
Dengan singkat, Tiedeman dan O’hara menyatakan bahwa perkembangan karir sebagai fungsi  dari perkembangan karir itu sendiri, dapat dibedakan dan secara komprehensif. Memunculkan gagasan yang kritis dari dalam diri meliputi situasi dan factor social seperti halnya pemenuhan faktor  biologis. Individu terlihat sebagai satu kesatuan yang selalu mengalami perkembangan dan pengambilan keputusan berdasar masa lalu, misalnya: lulusan/alumni dari sekolah/perguruan tinggi mana, sudah menikah/belum dan waktu yang dimiliki.
Seperti halnya teori perkembangan O’hara and Tiedeman “The decision-making process involves anticipation, implementation, and adjustment. The system describes anticipation in terms of the following sequence of events: exploration, crystallization, choice, clarification, induction, reformation, and incubation”. Dari tahapan keseluruhan tersebut termasuk karakteristik dalam pengambilan keputusan karir oleh individu tentang lapangan pekerjaan, diikuti oleh peluang pekerjaan di lapangan, perusahaan yang menjadi pekerja berdasarkan keuntungan, kerugian dan nilai-nilai hubungan.
Akhirnya  dalam pengambilan keputusan karir, individu mencapai suatu titik yang oleh Tiedeman disebut differentiation dan integration. Diferensiasi adalah proses mengevaluasi self atau self-in-world melalui pengidentifikasian dan studi tentang berbagai aspek okupasi. Proses ini kompleks dan unik untuk masing-masing individu, tergantung pada potensi biologis dan struktur social lingkungannya. Pada saat struktur kognitif individu berkembang, dorongan untuk mencapai diferensiasi pun terbentuk, secara fisiologis ataupun psikologis. Aktivitas dalam lingkungan individu, termasuk pendidikan formal, memberikan stimulasi eksternal.
Salah satu tujuan utama diferensiasi adalah untuk mengatasi krisis trust-mistrust (Erikson, 1950) yang terkait dengan dunia kerja. Tiedeman dan O’Hara (1963) berasumsi bahwa masyarakat dan individu senantiasa berusaha ke arah satu tujuan yang sama: untuk saling memberikan apa itu makna pada masng-masing individu yang lain. Pada esensinya, individu berusaha untuk berintegrasi ke dalam masyarakat khususnya di dalam suatu karir untuk mendapatkan penerimaan oleh para anggota bidang karir tersebut namun tetap mempertahankan sebagian dari individualitasnya. Jika keunikan individu memperoleh kesesuaian dengan keunikan dunia kerja, integrasi, sintesis, keberhasilan, dan kepuasan akan menyertainya. Menurut Tiedeman, teori pemilihan okupasi dan perkembangan vokasional belum mengeksplorasi bagaimana proses evolusi diferensiasi dan integrasi dapat diaplikasikan pada perkembangan karir. Oleh karena itu, Tiedeman telah mengkonseptualisasikan sebuah pola atau paradigma problem solving sebagai mekanisme pembuatan keputusan karir.
O’Hara (1968) dan A. W. Miller (1968) menekankan prinsip-prinsip belajar sebagai dasar untuk keputusan vokasional yang efektif. O’Hara mengemukakan bahwa perkembangan karir pada dasarnya merupakan sebuah proses belajar. Karena proses pembuatan keputusan melibatkan apa yang sudah dipelajari oleh individu tentang karir, maka tingkat belajarnya itu akan menentukan keefektifan pilihan-pilihannya. Menurut O’Hara, tujuan vokasional akan terumuskan dengan baik apabila persyaratan-persyaratan pendidikan akademik terkait erat dengan persyaratan vokasional.
Dalam hal-hal tertentu, individu sebaiknya belajar mengeksplorasi dunia kerja dengan mempelajari kosa kata dan symbol-simbol okupasional yang menandai produk-produk atau pekerjaan tertentu. Dengan cara ini, individu dapat belajar membeda-bedakan dan mengintegrasikan berbagai informasi okupasional. Menurut O’Hara, pengenalan terhadap terminology dan orientasi okupasional akan lebih menjamin terbentuknya respon-respon vokasional yang memadai.

B.       Tahapan Perkembangan Karir David Tiedeman & O’hara
Tahapan perkembangan karir parallel dengan tahapan perkembangan menurut orientasi teori Erikson (1950) yang terdiri dari delapan krisis psikososial sebagai berikut: (1) trust, (2) autonomy, (3) initiative, (4) industry, (5) identity, (6) intimacy, (7) generativity, dan (8) ego integrity. Self-in-situation, self-in-world, dan orientasi kerja berkembang pada saat individu mengatasi krisis psikososial dalam kehidupannya. Ketika ego identity berkembang, kemungkinan-kemungkinan pembuatan keputusan karir yang relevan juga berkembang.
Paradigma tersebut mencakup empat aspek antisipasi atau preokupasi (exploration, crystallization, choice, dan clarification) dan tiga aspek implementasi atau penyesuaian (induction, reformation, dan integration), yang dirangkum dalam table 1 berikut ini.
Tabel 1. Aspek Antisipasi, Preokupasi, Implementasi, dan Penyesuaian
Aspek Antisipasi atau Preokupasi
Karakteristik
Aspek Implementasi
Karakteristik
Eksplorasi
1.      Berpikir agak temporer dan induktif.
2.      Kemungkinan tindakan dipertimbangkan berulang-ulang.
3.      Melalui imaginasi, individu mengalami berbagai aktivitas dengan mengaitkan perasaan self dalam struktur atau premis tertentu.
4.      Melalui proyeksi, individu mencari tujuan-tujuan tentatif.
5.      Terdapat fokus pada perilaku masa depan dengan beberapa alternatif tindakan.
6.      Merefleksikan aspirasi, kemampuan, minat, dan implikasi sosial di masa depan yang terkait dengan pilihan karir.
Induksi
1.     Dalam periode ini dimulai pengalaman interaksi sosial dan identifikasi karir.
2.     Lebih jauh mengidentifikasi self dan mempertahankan self dalam sistem sosial karir.
3.     Pada saat mengalami penerimaan dalam karir, bagian dari self berpadu dengan kelompok penerima.
4.     Terdapat kemajuan dalam pencapaian tujuan individu tetapi dalam kerangka totalitas karir dengan tujuan sosialnya.
Kristalisasi

1.    Asesmen terhadap berbagai alternatif terus dilakukan.
2.    Mempertimbangkan beberapa alternatif.
3.    Muncul beberapa alternatif pilihan.
4.    Pilihan-pilihan tentatif mungkin direevaluasi dalam proses penilaian dan pengurutan.
5.    Tujuan menjadi lebih pasti dan terbentuk tetapi ada kemungkinan untuk diubah.
6.    Terdapat langkah yang pasti menuju stabilitas pemikiran.
Reformasi
1.    Kelompok karir memberikan pengakuan dan penerimaan sebagai anggota kelompok.
2.    Terdapat ketegasan di pihak individu di dalam maupun di luar kelompok karir, yang diperkuat oleh kondisi baru.
3.    Terdapat tindakan asertif dalam bentuk upaya meyakinkan orang lain agar menyesuaikan dengan pandangan diri individu dan ke arah penerimaan yang lebih baik terhadap tujuan yang sudah dimodifikasi.
Pilihan
1.    Memilih satu tujuan yang pasti.
2.    Terfokus pada perilaku tertentu yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Integrasi
1.    Kompromi dalam tujuan dapat dicapai oleh individu pada saat dia berinteraksi dengan kelompok karir.
2.    Objektivitas self dan kelompok karir diperoleh.
3.    Terjadi identifikasi terhadap seorang anggota kelompok karir.
4.    Kepuasan dengan suatu tindakan tercapai, sekurang-kurangnya untuk sementara.
Klarifikasi
1.    Periode ini ditandai dengan klarifikasi lebih lanjut tentang self dalam posisi yang dipilih.
2.    Pertimbangan lebih lanjut tentang posisi yang diantisipasi mengurangi keraguan terhadap keputusan karir.
3.    Keyakinan yang lebih kuat terhadap keputusan karir dikembangkan.
4.    Ini mengakhiri tahap antisipasi atau preokupasi.
-
-
Adapted from Tiedeman and O’hara, 1963

Dari table diatas dijelaskan bahwa Dalam teorinya D.Tiedeman mengemukakan suatu keputusan untuk memilih suatu pekerjaan tertentu,  merupakan suatu proses yang berkesinambungan, terjadi titik-titik keputusan penting bila individu-individu menghadapi seleksi masuk pekerjaan untuk pertama kalinya perubahan dalam pekerjaan-pekerjaan atau perubahan dalam rencana-rencana pendidikan akibat dari keputusan-keputusan yang diambil individu pada tahap-tahap kehidupannya terdahulu. Pengambilan keputusan sangat erat kaitannya dengan periode antisipasi dan periode implementasi, dan kedua periode ini merupakan inti dari suatu perkembangan pekerjaan. Keputusan yang telah ditetapkan individu terhadap suatu lapangan kerja memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap keharmonisan hidupnya baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Menurut D.Tiedeman, pengambilan keputusan dibagi menjadi dua periode, yaitu periode antisipasi dan implementasi.
1.        Periode Antisipasi
Dalam periode antisipasi ini adalah terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap eksplorasi, kristalisasi
a.        Tahap eksplorasi
ü Berpikir agak temporer dan induktif.
ü Kemungkinan tindakan dipertimbangkan berulang-ulang.
ü Melalui imaginasi, individu mengalami berbagai aktivitas dengan mengaitkan perasaan self dalam struktur atau premis tertentu.
ü Melalui proyeksi, individu mencari tujuan-tujuan tentatif.
ü Terdapat fokus pada perilaku masa depan dengan beberapa alternative  tindakan.
ü Merefleksikan aspirasi, kemampuan, minat, dan implikasi sosial di masa depan yang terkait dengan pilihan karir.
Dalam tahap eksplorasi sejumlah perbedaan alternative atau kemungkinan tujuan dipertimbangkan. Berbagai kemungkinan yang akan dicapai digabung-gabungkan dan dipertimbangkan untuk menetapkan atau memutuskan suatu pilihan. Sejumlah alternative tujuan dijadikan suatu bidang untuk dipilih. Pada tahap ini individu mencoba untuk mengadakan penilaian diri berkaitan dengan berbagai alternative yang diperkirakan bisa dicapai untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini merupakan penjelajahan untuk mencari dan mengumpulkan berbagai data dan informasi. Contoh: Siswa Sekolah Menengah pertama termasuk remaja awal masa 9 s/d 11 tahun dapat mengambil keputusan karir untuk menentukan sekolah lanjutan Atas (SMA) atau Sekolah Kejuruan (SMK)

b.        Tahap Kristalisasi
ü Asesmen terhadap berbagai alternatif terus dilakukan.
ü Mempertimbangkan beberapa alternatif.
ü Muncul beberapa alternatif pilihan.
ü Pilihan-pilihan tentatif mungkin direevaluasi dalam proses penilaian dan pengurutan.
ü Tujuan menjadi lebih pasti dan terbentuk tetapi ada kemungkinan untuk diubah.
ü Terdapat langkah yang pasti menuju stabilitas pemikiran.

Stabilnya pemikiran yaitu dengan penilaian diri dari berbagai kemungkinan, maka terjadilah suatu pola dalam bentuk alternative dan segala konsekwensinya disebut kristalisasi. Pertimbangan yang bermanfaat atau tidak bermanfaat, kerugian dan nilai dari tiap-tiap alternative, mengakibatkan timbulnya kristalisasi. Pada tahap ini segala alternative kemungkinan pekerjaan yang dicapai sudah cukup jelas. Contoh: pengambilan keputusan karir pada masa awal remaja berumur 9 s/d 11 tahun.

c.        Tahap Pemilihan
ü Memilih satu tujuan yang pasti.
ü Terfokus pada perilaku tertentu yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Tahap pemilihan akan berlangsung dengan stabilnya kristalisasi. Masalah-asalah individu yang berorientasi ke tujuan yang relevan, yaitu individu mulai mengorganisasi dalam melengkapi dan menyesuaikan terhadap berbagai pilihan untuk masa datang. Tahap ini adalah tahap pilihan atau keputusan akan datang lebih cepat. Contoh: pemilihan keputusan karir pada masa remaja akhir (berumur 16 sampai 17 tahun) untuk menentukan karir masa depan individu.
d.        Tahap Klarifikasi
ü Periode ini ditandai dengan klarifikasi lebih lanjut tentang self dalam posisi yang dipilih.
ü Pertimbangan lebih lanjut tentang posisi yang diantisipasi mengurangi keraguan terhadap keputusan karir.
ü Keyakinan yang lebih kuat terhadap keputusan karir dikembangkan.
ü Ini mengakhiri tahap antisipasi atau preokupasi.
Dalam tahap ini individu meneliti kesempatan yang lebih luas dan mendalam, sehingga tahap ini mengemukakan sesuatu (dalam khayalan) yang lebih baik dan sempurna untuk masa mendatang, sehingga menghasilkan kemampuan bertindak yang nyata dan terarah. Contoh: siswa SMA sudah bisa mengambil keputusan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi atau bekerja.

2.        Periode Implementasi dan Penyesuaian
Periode implementasi dan penyesuaian ini digolongkan menjadi tiga tahap, yaitu: tahap induksi, tahap transisi dan tahap mempertahankan atau memelihara.
a.        Tahap Induksi
ü Dalam periode ini dimulai pengalaman interaksi sosial dan identifikasi karir.
ü Lebih jauh mengidentifikasi self dan mempertahankan self dalam sistem sosial karir.
ü Pada saat mengalami penerimaan dalam karir, bagian dari self berpadu dengan kelompok penerima.
ü Terdapat kemajuan dalam pencapaian tujuan individu tetapi dalam kerangka totalitas karir dengan tujuan sosialnya.
Tahap ini dimulai dari pengalaman dan kesimpulan yang diteliti. Individu mengorganisasi lapangan kerja yang bersumber dari tujuan-tujuan tertentu kedalam interaksi dengan masyarakat. Selama tahap induksi ini, seseorang mengutamakan hal-hal yang berkaitan dengan tujuan yang telah dicapainya. Akhirnya pada tahap ini tujuan dan sejumlah alternative menjadi satu bagian. Contoh: individu sudah mampu mengidentifikasi karir apa yang akan diambil/dijalaninya

b.        Tahap Reformasi
ü Kelompok karir memberikan pengakuan dan penerimaan sebagai anggota kelompok.
ü Terdapat ketegasan di pihak individu di dalam maupun di luar kelompok karir, yang diperkuat oleh kondisi baru.
ü Terdapat tindakan asertif dalam bentuk upaya meyakinkan orang lain agar menyesuaikan dengan pandangan diri individu dan ke arah penerimaan yang lebih baik terhadap tujuan yang sudah dimodifikasi.
Dalam tahap ini, orientasi yang diutamakan disesuaikan dengan penetapan tujuan yang diambilnya. Dalam tahap ini adanya kemungkinan bahwa individu akan menyimpang arah. Contoh: keputusan karir bisa mengalami perubahan dalam proses keputusan karir individu.
c.        Tahap Integrasi
ü Kompromi dalam tujuan dapat dicapai oleh individu pada saat dia berinteraksi dengan kelompok karir.
ü Objektivitas self dan kelompok karir diperoleh.
ü Terjadi identifikasi terhadap seorang anggota kelompok karir.
ü Kepuasan dengan suatu tindakan tercapai, sekurang-kurangnya untuk sementara.
Dalam tahap ini, individu memelihara atau mempertahankan keputusan yang telah diambilnya. Prospek terhadap usahanya telah menuju kepada status dimasa mendatang dan untuk seterusnya akan berkembang menjadi pembinaan karir. Contoh: individu melakukan kompromi untuk menentukan keputusan karir yang akan diambil atau dijalani.

C.      Kelebihan dan Kelemahan Teori Tiedeman dan O’hara
Kelebihan dari teori ini antara lain:
·        meningkatnya  kesadaran diri (self-awareness) sebagai faktor yang penting dan diperlukan dalam proses pembuatan keputusan.
·        Perhatian diarahkan pada upaya mempengaruhi perubahan dan pertumbuhan melalui penyesuaian terhadap kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di dalam sistem sosial sebuah karir.
·        Adaptasi dengan lingkungan kerja untuk mendapatkan afiliasi yang bermakna dengan kelompok sebaya juga mendapat penekanan.
·        Teori ini mempunyai dampak yang penting terhadap proses pembuatan keputusan.
Kelemahan dari teori ini antara lain:
·        Dukungan data empiriknya masih sangat terbatas
·        ketiadaan instrument yang cukup untuk teori ini.


D.      Aplikasi Teori Tiedeman & O’hara Dalam Bimbingan Konseling
Teori Tiedeman & O’hara dapat diaplikasikan dalam bimbingan konseling melalui Proses pengambilan keputusan karir peserta didik/klien berdasarkan:
ü  Merumuskan  pilihan karir klien yang sesuai dengan tujuan individu, merefleksikan kemampuan, minat dan implikasi social untuk masa depannya
ü  Membantu klien dalam memilih satu pilihan karir yang pasti
ü   konselor memberikan strategi untuk memfasilitasi perkembangan karir ataupun penjelasan tentang proses pemilihan keputusan karir klien dan integrasi informasi karir tentang diri konselor sehingga dapat membantu konseli untuk memahami diri konseli.
ü  melakukan studi mengenai perkembangan karir.








BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
System Tiedeman sangat kompleks, seperti quasi-matematika, dan hal ini sangat sulit untuk dimengerti. Meskipun demikian, ada kesamaan permasalahan serius yang akan menjadi system operasionalnya. Pemilihan karir merupakan aspek yang penting dalam kehidupan individu di berbagai aktivitas yang sesuai konsep individu tentang diri klien, dimulai dari pengalaman interaksi social dan mengidentifikasi karir yang akan diambilnya. Adanya ketidaksamaan beberapa teori dalam peninjauan untuk melihat bagaimana teori-teori tersebut saling berhubungan. Teori perkembangan karir ini bersifat tidak incidental akan tetapi melalui proses belajar, hubungan relasi dan social.


B.       Saran
Teori perkembangan memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga konselor sebagai pengguna teori harus dapat mengaplikasikannya dan mengkolaborasikan dengan teori yang lain sehingga diharapkan dapat membantu peserta didik dalam menentukan pillihan karir dengan tepat.










DAFTAR PUSTAKA


Manribu, M Thayeb, 1988. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, PLPTK, Jakarta.
Samuel H, Osipow. 1983. Third Edition (Theories of Career Development). Prentice Hall, inc. Englewood Cliffs, New Jersey.
Zunker, Vernn G. 1989. Career Counseling : Applied Concepts of Life Planning. Pacific Grove, California.


Kamis, 02 Februari 2012


TEORI DAN PENDEKATAN
KONSELING BEHAVIOR THERAPHY

A.    SEJARAH PERKEMBANGAN
Konseling berkembang pertama kali di Amerika yang dipelopori oleh Jesse B.
Davis tahun 1898 yang bekerja sebagai konselor sekolah di Detroit.
Banyak factor yang mempengaruhi perkembangan konseling, salah satunya
adalah perkembangan yang terjadi pada kajian psikologis, mengungkapkan bahwa kekuatan-kekuatan tertentu dalam lapangan psikologis telah
mempengaruhi perkembangan konseling baik dalam konsep maupun teknik.
Aliran-aliran yang muncul dalam lapangan psikologi memberikan pengaruh yang
cukup besar terhadap perkembangan konseling, diantara aliran-aliran psikologi yang
cukup memberikan pengaruh terhadap perkembangan konseling adalah sebagai
berikut ; aliran strukturalisme (Wundt), Fungsionalisme (James), dan Behaviorisme (Watson).
Perkembangan koseling behavioral bertolak dari perkembanngan aliran
behavioristik dalam perkembangan psikologi yang menolak pendapat aliran
strukturalisme yang berpendapat bahwa mental, pikiran dan perasaan hendaknya
ditemukan terlebih dahulu bila perilaku manusia ingin difahami, maka munculah teori
introspeksi.
Aliran Behaviorisme menolak metode introspeksi dari aliran strukturalisme
dengan sebuah keyakinan bahwa menurut para behaviorist metode introspeksi tidak
dapat menghasilkan data yang objektif, karena kesadaran menurut para behaviorist
adalah sesuatu yang Dubios, yaitu sesuatu yang tidak dapat diobservasi secara
langsung, secara nyata. Bagi aliran Behaviorisme yang menjadi focus perhatian adalah perilaku yang tampak, karena persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran dan mentalitas.
Pada awalnya behaviorisme lahir di Rusia dengan tokohnya Ivan Pavlov, namun pada saat yang hamper bersamaan di Amerika behaviorisme muncul dengan salah satu tokoh utamanya John B. Watson. Di bawah ini akan kami kupas beberapa tokoh behaviorisme :


1. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov adalah orang Rusia yang sangat dikenal dengan teori
pengkondisian klasik (classical conditioning) dengan eksperimennya yang menggunakan anjing sebagai obyek penelitian. Pengkondisian model Pavlov ini menyatakan bahwa rangsangan yang diberikan secara berulang-ulang serta dipasangkan dengan unsure penguat, akan menyebabkan suatu reaksi. Menurut Pavlov aktivitas organisme dapat dibedakan atas :
a.       Aktivitas yang bersifat reflektif ; yaitu aktivitas organisme yang tidak disadari
oleh organisme yang bersangkutan. organisme membuat respons tanpa disadari sebagai reaksi terhadap stimulus yang mengenainya.
b.      Aktivitas yang disadari ; yaitu aktivitas atas dasar kesadaran organisme yang
bersangkutan. Ini merupakan respons atas dasar kemauan sebagai suatu reaksi
terhadap stimulus yang diterimanya. ini berarti bahwa stimulus yang diterima
oleh organisme itu sampai pada pusat kesadaran, dan barulah terjadi suatu
respons. Dengan demikian maka jalan yang ditempuh oleh stimulus dan
respons atas kesadaran yang lebih panjang apabila dibandingkan dengan
stimulus-respons yang tidak disadari (respons reflektif). Psikologi yang digagas oleh Pavlov dikenal dengan psikologi reflek (psychoreflexiologi), karena Pavlov lebih memfokuskan perhatiannya pada aktivitas yang bersifat reflek.

Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:
Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).
Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur.
Gambar ketiga. Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.
Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.
Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction  atau penghapusan.
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan penghapusan sebagai berikut:
1)      Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan
2)      Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan.
3)      Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur
4)      Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan makanan.
.
2. Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Edward Lee Thorndike (psikolog amerika) lahir di Williamsburg pada tahun
1874. Karya-karyanya yang paling dikenal adalah penelitian mengenai animal psychology serta teori belajar Trial and error learning.
Thorndike menitikberatkan perhatiannya pada aspek fungsional perilaku yaitu bahwa proses mental dan perilaku berkaitan dengan penyesuaian diri organisme terhadap lingkungannya. Karena pendapatnya tersebut maka Thorndike diklasifikasikan sebagai behaviorist yang fungsional, berbeda dengan Pavlov yang behaviorist asosiatif dari hasil eksperimennya Thorndike menetapkan ada tiga macam hukum yang sering disebut dengan hukum primer dalam hal belajar, tiga hukum tersebut adalah :
a.       Hukum Kesiapan (The law of readiness)
Respon mudah terjadi  pada diri seseorang yang belajar apabila pada diri seseorang telah ada persiapan. Ada suasana yang mungkin terjadi:
1)      Organisme siap – diberkan stimulus – anak memberikan respon. Respon tingkah laku anak akan sepenuh hati sehingga memberikan kepuasan.
2)      Organisme siap – tidak diberi stimulus – anak tidak memberikan respon. Karena itu kemudian anak akan bertingkah laku lain untuk memenuhi ketidak puasannya.
3)      Organisme titak siap – diberi stimulus – anak memberikan respon dengan terpaksa. Dalam hal ini anak tidak puas dan akan melakukan tingkah laku lain untuk menekan paksaan yang ada.
b.      Hukum Latihan (The Law of exercise)
Respon terjadi bila sering dilatih dan sebaliknya respon lemah jika jarang dilatih.
c.       Hukum Efek (The Law of effect)
Respon yang diberikan seseorang  sangat tergantung dari akibat yang diberikan pada waktu yang lalu.
The law of readiness, adalah salah satu factor penting, karena dalam proses belajar yang baik organisme harus mempunyai kesiapsediaan, karena tanpa adanya
kesiapsediaan dari organisme yang bersangkutan maka hasil belajarnya tidak akan
baik.
Sedangkan hukum latihan the law of exercise Thorndike mengemukakan dua aspek yang terkandung di dalamnya yaitu ; 1). The law of use, 2). The law of disuse. The law of use adalah hukuk yang menyatkan bahwa hubungan atau koneksi antara stimulusrespons akan menjadi kuat apabila sering digunakan.
The law of disuse; adalah hukum yang menyatakan bahwa koneksi antara stimulus-respons akan menjadi lemah apabila tidak latihan. Mengenai hukum efek Thorndike berpendapatkan bahwa memperkuat atau memperlemah hubungan stimulus-respons, tergantung pada bagaiman hasil dari respons yang bersangkutan.

3. John Broadus Watson (1878-1958)
Watson mendefinisikan psikologi sebagi ilmu pengetahuan tentang tingkah laku. Sasaran behaviorisme adalah mampu meramalkan reaksi dari satu pengenalan mengenai kondisi perangsang,dan sebaliknya, juga mengenali reaksi, agar bisa meramalkan kondisi perangsang yang mendahuluinya.
Inti dari behaviorisme adalah memprediksi dan mengontrol perilaku.
Karyanya diawali dengan artikelnya psychology as the behaviorist views it pada tahun 1913. Di dalam artikelnya tersebut Watson mengemukakan pandangan
behavioristiknya yang membantah pandangan strukturalisme dan fungsionalisme
tentang kesadaran. Menurut Watson (behaviorist view) yang dipelajari adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kesadaran, kaena kesadaran adalah sesuatu yang dubios. Metode-metode obyektif Watson lebih banyak menyukai studi mengenai
binatang dan anak-anak, seperti sebuah studi yang ia lakukan dalam pengkondisian rasa takut pada anak-anak.

4. Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)
Skinner membedakan perilaku atas :
a.    Perilaku alami (innate behavior), yang kemudian disebut juga sebagai clasical ataupun respondent behavior, yaitu perilaku yangdiharapkan timbul oleh stimulus yang jelas ataupun spesifik, perilaku yang bersifat reflektif.
b.    Perilaku operan (operant behavior), yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak diketahui, namun semata-mata ditimbulkan oleh organisme itu sendiri setelah mendapatkan penguatan.
Skinner yakin jika kebanyakan perilaku manusia dipelajari lewat Operant Conditioning atau pengkondisian operan, yang kuncinya adalah penguatan segera terhadap respons. OperantConditioning adalah suatu proses penguatan perilaku yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
        Skinner membuat mesin untuk percobaanya dalam Operant Conditioning yang dinamakan dengan"Skinner Box" dan tikus yang merupakan subjek yang sering digunakan dalam percobaanya.
          Dalam percobaannya tersebut yang dilakukan oleh Skinner dalam Laboratorium, seekor tikus yang lapar diletakkan dalam Skinner Box, kemudian binatang tersebut akan menekan sebuah tuas yang akan membukakan dulang makanan, sehingga diperoleh penguatan dalam bentuk makanan. Di dalam setiap keadaan, seekor binatang akan memperlihatkan bentuk perilaku tertentu; tikus tadi misalnya, akan memperlihatkan perilaku menyelidik pada saat pertama kali masuk kedalam Box,yaitu dengan mencakar-cakar dinding dan membauinya sambil melihat-lihat kesekelilingnya. Secara kebetulan, dalam perilaku menyelidik tersebut tikus menyentuh tuas makanan dan makanan pun berjatuhan. Setiap kali tikus melakukan hal ini akan mendapatkan makanan; penekanan tuas diperkuat dengan penyajian makanan tersebut, sehingga tikus tersebut akan menghubungkan perilaku tertentu dengan penerimaan imbalan berupa makanan tadi. Jadi, tikus tersebut akan belajar bahwa setiap kali menekan tuas dia akan mendapatkan makanan dan tikus tersebut akan sering kali mengulangi perilakunya, sampai ada proses pemadaman atau penghilangan dengan menghilangkan penguatannya.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDXYpPHrfXOimi0HcvZt4z4LCUx1LyarZtktLVzXoq1Wk4oOwQfR6ZAbyJAVLK0nEyaZT5Bss5O595fycMTd5b1DVed5DSHnSAOfOCGMsrQFkvwmyiyvxKcfNS7g54zAeNXL81vzONmYJx/s320/skiner+box.bmp

Eksperimen terhadap tikus dilakukan untuk menjelaskan bagaimana tingkalaku manusia dapat terbentuk, yang pada dasarnya tingkah laku dipengaruhi oleh lingkungan yang dikondisikan (pengkodisian operan). Melalui pengkodisian tersebut maka terjadilah proses belajar yang kemudian menghasilkan tingkah laku baru (respon) yang inginkan. Untuk meningkatkan tingkah laku tersebut maka dapat diperkuat dengan reinforcement.
         Dalam eksperimen Skinner tersebut terdapat istilah Penguatan atau dapat disebut sebagai reinforcement yaitu, setiap kejadian yang meningkatkan ataupun mempertahankan kemungkinan  adanya respon terhadap kemungkinan respon yang diinginkan. Biasanya yang berupa penguatan adalah sesuatu yang dapat menguatkan dorongan dasar (basic driver, seperti makanan yang dapat memuaskan rasa lapar atau air yang dapat menugatkan rasa haus) namun tidak harus selalu demikian.
          Pada manusia,penguatan sering salah sasaran sehingga pembelajaran menjadi tidak effisien. Masalah lain dengan pengkondisian manusia adalah penentuan manakah konsekuansi-konsekuensi yang menguatkan dan manakah yang melemahkan. Karena bergantung pada sejarah individu, penguatan dan disiplin terkadang dapat menjadi penguatan sedangkan ciuman dan pujian dapat menjadi hukuman.
           Dalam penguatan tersebut dibedakan antara pengutan positif dan negatif.
Penguatan positif adalah stimulus yang apabila diberikan sesudah terjadinya respon, meningkatkan kemungkinan respon tersebut.

                              ->          Respon 1
                           /
S (Rangsang)  --->              Respon 2       -->          Penguatan
                           \
                             ->          Respon 3
Menjadi :

S(Rangsang)   -->              Respon 2 berulang-ulang

Penguatan negatif adalah stimulus yang dihapuskan sesudah responnya timbul, meningkatkan kemungkinan adanya respon; shock elektrik dan bunyi yang menyakitkan digolongkan sebagai penguat negatif dan sebagai penguat negative jika penguat itu dapat ditiadakan ketika timbul respon yang diinginkan.


                               ->        Respon 1     -->                Shock elektrik
                             /
S (Rangsang)    -->            Respon2
                            \
                             ->          Respon3      -->               Shock elektrik
Menjadi :
S (Rangsang)        -->             Respon2

Adapun Jenis-Jenis Penguat Skinner dikategorikan, sbb;
1)      Penguat utama (Primary reinforcers) adalah  penguat yang memengaruhi perilaku tanpa perlu belajar, seperti: makanan, minuman, seks. Ini disebut penguat alami.
2)      Penguat sekunder (Secondar reinforcers). Adalah penguat yang membutuhkan  tenaga penguat karena sudah diasosiasikan dengan penguat utama, seperti memuji seseorang.
Tadi telah diuraikan bahwa bagaimana seekor tikus dalam Skinner Box yang menekan tuas akan menerima butir-butir makanan setiap kali tikus tersebut melakukannya. Apabila kita menghentikan pemberian penguatan ini, perilaku penekanan tuas pun secara bertahap akan menghilang, biasanya hanya beberapa menit setelah penghentian penguatan.  Apa yang membuat Operant Conditioning ini penting untuk menjelaskan belajar adalah pengembangan jadwal penguatan yang dilakukan oleh Skinner.  Jadwal ini merupakan bentuk lain dari penyajian penguatan yang dihasilkannya perbedaan pada taraf respons (respons rate), yaitu taraf penekanan tuas oleh tikus tadi, maupun pada taraf penghapusan (extinctionrate), yaitu terhapusnya perilaku penekanan tuas. Jadwal penguatan inilah yang membuat Operant Conditioning menjadi bentuk belajar yang sangat Fleksibel. Setiap respons yang pada suatu saat dapat dibiasakan dan dapat juga diakhiri sesuai dengan keinginan kita, dan ini tercapai dengan melalui beragam jadwal pengautan.