Kamis, 02 Februari 2012


TEORI DAN PENDEKATAN
KONSELING BEHAVIOR THERAPHY

A.    SEJARAH PERKEMBANGAN
Konseling berkembang pertama kali di Amerika yang dipelopori oleh Jesse B.
Davis tahun 1898 yang bekerja sebagai konselor sekolah di Detroit.
Banyak factor yang mempengaruhi perkembangan konseling, salah satunya
adalah perkembangan yang terjadi pada kajian psikologis, mengungkapkan bahwa kekuatan-kekuatan tertentu dalam lapangan psikologis telah
mempengaruhi perkembangan konseling baik dalam konsep maupun teknik.
Aliran-aliran yang muncul dalam lapangan psikologi memberikan pengaruh yang
cukup besar terhadap perkembangan konseling, diantara aliran-aliran psikologi yang
cukup memberikan pengaruh terhadap perkembangan konseling adalah sebagai
berikut ; aliran strukturalisme (Wundt), Fungsionalisme (James), dan Behaviorisme (Watson).
Perkembangan koseling behavioral bertolak dari perkembanngan aliran
behavioristik dalam perkembangan psikologi yang menolak pendapat aliran
strukturalisme yang berpendapat bahwa mental, pikiran dan perasaan hendaknya
ditemukan terlebih dahulu bila perilaku manusia ingin difahami, maka munculah teori
introspeksi.
Aliran Behaviorisme menolak metode introspeksi dari aliran strukturalisme
dengan sebuah keyakinan bahwa menurut para behaviorist metode introspeksi tidak
dapat menghasilkan data yang objektif, karena kesadaran menurut para behaviorist
adalah sesuatu yang Dubios, yaitu sesuatu yang tidak dapat diobservasi secara
langsung, secara nyata. Bagi aliran Behaviorisme yang menjadi focus perhatian adalah perilaku yang tampak, karena persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran dan mentalitas.
Pada awalnya behaviorisme lahir di Rusia dengan tokohnya Ivan Pavlov, namun pada saat yang hamper bersamaan di Amerika behaviorisme muncul dengan salah satu tokoh utamanya John B. Watson. Di bawah ini akan kami kupas beberapa tokoh behaviorisme :


1. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov adalah orang Rusia yang sangat dikenal dengan teori
pengkondisian klasik (classical conditioning) dengan eksperimennya yang menggunakan anjing sebagai obyek penelitian. Pengkondisian model Pavlov ini menyatakan bahwa rangsangan yang diberikan secara berulang-ulang serta dipasangkan dengan unsure penguat, akan menyebabkan suatu reaksi. Menurut Pavlov aktivitas organisme dapat dibedakan atas :
a.       Aktivitas yang bersifat reflektif ; yaitu aktivitas organisme yang tidak disadari
oleh organisme yang bersangkutan. organisme membuat respons tanpa disadari sebagai reaksi terhadap stimulus yang mengenainya.
b.      Aktivitas yang disadari ; yaitu aktivitas atas dasar kesadaran organisme yang
bersangkutan. Ini merupakan respons atas dasar kemauan sebagai suatu reaksi
terhadap stimulus yang diterimanya. ini berarti bahwa stimulus yang diterima
oleh organisme itu sampai pada pusat kesadaran, dan barulah terjadi suatu
respons. Dengan demikian maka jalan yang ditempuh oleh stimulus dan
respons atas kesadaran yang lebih panjang apabila dibandingkan dengan
stimulus-respons yang tidak disadari (respons reflektif). Psikologi yang digagas oleh Pavlov dikenal dengan psikologi reflek (psychoreflexiologi), karena Pavlov lebih memfokuskan perhatiannya pada aktivitas yang bersifat reflek.

Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:
Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).
Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur.
Gambar ketiga. Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.
Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.
Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction  atau penghapusan.
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan penghapusan sebagai berikut:
1)      Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan
2)      Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan.
3)      Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur
4)      Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan makanan.
.
2. Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Edward Lee Thorndike (psikolog amerika) lahir di Williamsburg pada tahun
1874. Karya-karyanya yang paling dikenal adalah penelitian mengenai animal psychology serta teori belajar Trial and error learning.
Thorndike menitikberatkan perhatiannya pada aspek fungsional perilaku yaitu bahwa proses mental dan perilaku berkaitan dengan penyesuaian diri organisme terhadap lingkungannya. Karena pendapatnya tersebut maka Thorndike diklasifikasikan sebagai behaviorist yang fungsional, berbeda dengan Pavlov yang behaviorist asosiatif dari hasil eksperimennya Thorndike menetapkan ada tiga macam hukum yang sering disebut dengan hukum primer dalam hal belajar, tiga hukum tersebut adalah :
a.       Hukum Kesiapan (The law of readiness)
Respon mudah terjadi  pada diri seseorang yang belajar apabila pada diri seseorang telah ada persiapan. Ada suasana yang mungkin terjadi:
1)      Organisme siap – diberkan stimulus – anak memberikan respon. Respon tingkah laku anak akan sepenuh hati sehingga memberikan kepuasan.
2)      Organisme siap – tidak diberi stimulus – anak tidak memberikan respon. Karena itu kemudian anak akan bertingkah laku lain untuk memenuhi ketidak puasannya.
3)      Organisme titak siap – diberi stimulus – anak memberikan respon dengan terpaksa. Dalam hal ini anak tidak puas dan akan melakukan tingkah laku lain untuk menekan paksaan yang ada.
b.      Hukum Latihan (The Law of exercise)
Respon terjadi bila sering dilatih dan sebaliknya respon lemah jika jarang dilatih.
c.       Hukum Efek (The Law of effect)
Respon yang diberikan seseorang  sangat tergantung dari akibat yang diberikan pada waktu yang lalu.
The law of readiness, adalah salah satu factor penting, karena dalam proses belajar yang baik organisme harus mempunyai kesiapsediaan, karena tanpa adanya
kesiapsediaan dari organisme yang bersangkutan maka hasil belajarnya tidak akan
baik.
Sedangkan hukum latihan the law of exercise Thorndike mengemukakan dua aspek yang terkandung di dalamnya yaitu ; 1). The law of use, 2). The law of disuse. The law of use adalah hukuk yang menyatkan bahwa hubungan atau koneksi antara stimulusrespons akan menjadi kuat apabila sering digunakan.
The law of disuse; adalah hukum yang menyatakan bahwa koneksi antara stimulus-respons akan menjadi lemah apabila tidak latihan. Mengenai hukum efek Thorndike berpendapatkan bahwa memperkuat atau memperlemah hubungan stimulus-respons, tergantung pada bagaiman hasil dari respons yang bersangkutan.

3. John Broadus Watson (1878-1958)
Watson mendefinisikan psikologi sebagi ilmu pengetahuan tentang tingkah laku. Sasaran behaviorisme adalah mampu meramalkan reaksi dari satu pengenalan mengenai kondisi perangsang,dan sebaliknya, juga mengenali reaksi, agar bisa meramalkan kondisi perangsang yang mendahuluinya.
Inti dari behaviorisme adalah memprediksi dan mengontrol perilaku.
Karyanya diawali dengan artikelnya psychology as the behaviorist views it pada tahun 1913. Di dalam artikelnya tersebut Watson mengemukakan pandangan
behavioristiknya yang membantah pandangan strukturalisme dan fungsionalisme
tentang kesadaran. Menurut Watson (behaviorist view) yang dipelajari adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kesadaran, kaena kesadaran adalah sesuatu yang dubios. Metode-metode obyektif Watson lebih banyak menyukai studi mengenai
binatang dan anak-anak, seperti sebuah studi yang ia lakukan dalam pengkondisian rasa takut pada anak-anak.

4. Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)
Skinner membedakan perilaku atas :
a.    Perilaku alami (innate behavior), yang kemudian disebut juga sebagai clasical ataupun respondent behavior, yaitu perilaku yangdiharapkan timbul oleh stimulus yang jelas ataupun spesifik, perilaku yang bersifat reflektif.
b.    Perilaku operan (operant behavior), yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak diketahui, namun semata-mata ditimbulkan oleh organisme itu sendiri setelah mendapatkan penguatan.
Skinner yakin jika kebanyakan perilaku manusia dipelajari lewat Operant Conditioning atau pengkondisian operan, yang kuncinya adalah penguatan segera terhadap respons. OperantConditioning adalah suatu proses penguatan perilaku yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
        Skinner membuat mesin untuk percobaanya dalam Operant Conditioning yang dinamakan dengan"Skinner Box" dan tikus yang merupakan subjek yang sering digunakan dalam percobaanya.
          Dalam percobaannya tersebut yang dilakukan oleh Skinner dalam Laboratorium, seekor tikus yang lapar diletakkan dalam Skinner Box, kemudian binatang tersebut akan menekan sebuah tuas yang akan membukakan dulang makanan, sehingga diperoleh penguatan dalam bentuk makanan. Di dalam setiap keadaan, seekor binatang akan memperlihatkan bentuk perilaku tertentu; tikus tadi misalnya, akan memperlihatkan perilaku menyelidik pada saat pertama kali masuk kedalam Box,yaitu dengan mencakar-cakar dinding dan membauinya sambil melihat-lihat kesekelilingnya. Secara kebetulan, dalam perilaku menyelidik tersebut tikus menyentuh tuas makanan dan makanan pun berjatuhan. Setiap kali tikus melakukan hal ini akan mendapatkan makanan; penekanan tuas diperkuat dengan penyajian makanan tersebut, sehingga tikus tersebut akan menghubungkan perilaku tertentu dengan penerimaan imbalan berupa makanan tadi. Jadi, tikus tersebut akan belajar bahwa setiap kali menekan tuas dia akan mendapatkan makanan dan tikus tersebut akan sering kali mengulangi perilakunya, sampai ada proses pemadaman atau penghilangan dengan menghilangkan penguatannya.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDXYpPHrfXOimi0HcvZt4z4LCUx1LyarZtktLVzXoq1Wk4oOwQfR6ZAbyJAVLK0nEyaZT5Bss5O595fycMTd5b1DVed5DSHnSAOfOCGMsrQFkvwmyiyvxKcfNS7g54zAeNXL81vzONmYJx/s320/skiner+box.bmp

Eksperimen terhadap tikus dilakukan untuk menjelaskan bagaimana tingkalaku manusia dapat terbentuk, yang pada dasarnya tingkah laku dipengaruhi oleh lingkungan yang dikondisikan (pengkodisian operan). Melalui pengkodisian tersebut maka terjadilah proses belajar yang kemudian menghasilkan tingkah laku baru (respon) yang inginkan. Untuk meningkatkan tingkah laku tersebut maka dapat diperkuat dengan reinforcement.
         Dalam eksperimen Skinner tersebut terdapat istilah Penguatan atau dapat disebut sebagai reinforcement yaitu, setiap kejadian yang meningkatkan ataupun mempertahankan kemungkinan  adanya respon terhadap kemungkinan respon yang diinginkan. Biasanya yang berupa penguatan adalah sesuatu yang dapat menguatkan dorongan dasar (basic driver, seperti makanan yang dapat memuaskan rasa lapar atau air yang dapat menugatkan rasa haus) namun tidak harus selalu demikian.
          Pada manusia,penguatan sering salah sasaran sehingga pembelajaran menjadi tidak effisien. Masalah lain dengan pengkondisian manusia adalah penentuan manakah konsekuansi-konsekuensi yang menguatkan dan manakah yang melemahkan. Karena bergantung pada sejarah individu, penguatan dan disiplin terkadang dapat menjadi penguatan sedangkan ciuman dan pujian dapat menjadi hukuman.
           Dalam penguatan tersebut dibedakan antara pengutan positif dan negatif.
Penguatan positif adalah stimulus yang apabila diberikan sesudah terjadinya respon, meningkatkan kemungkinan respon tersebut.

                              ->          Respon 1
                           /
S (Rangsang)  --->              Respon 2       -->          Penguatan
                           \
                             ->          Respon 3
Menjadi :

S(Rangsang)   -->              Respon 2 berulang-ulang

Penguatan negatif adalah stimulus yang dihapuskan sesudah responnya timbul, meningkatkan kemungkinan adanya respon; shock elektrik dan bunyi yang menyakitkan digolongkan sebagai penguat negatif dan sebagai penguat negative jika penguat itu dapat ditiadakan ketika timbul respon yang diinginkan.


                               ->        Respon 1     -->                Shock elektrik
                             /
S (Rangsang)    -->            Respon2
                            \
                             ->          Respon3      -->               Shock elektrik
Menjadi :
S (Rangsang)        -->             Respon2

Adapun Jenis-Jenis Penguat Skinner dikategorikan, sbb;
1)      Penguat utama (Primary reinforcers) adalah  penguat yang memengaruhi perilaku tanpa perlu belajar, seperti: makanan, minuman, seks. Ini disebut penguat alami.
2)      Penguat sekunder (Secondar reinforcers). Adalah penguat yang membutuhkan  tenaga penguat karena sudah diasosiasikan dengan penguat utama, seperti memuji seseorang.
Tadi telah diuraikan bahwa bagaimana seekor tikus dalam Skinner Box yang menekan tuas akan menerima butir-butir makanan setiap kali tikus tersebut melakukannya. Apabila kita menghentikan pemberian penguatan ini, perilaku penekanan tuas pun secara bertahap akan menghilang, biasanya hanya beberapa menit setelah penghentian penguatan.  Apa yang membuat Operant Conditioning ini penting untuk menjelaskan belajar adalah pengembangan jadwal penguatan yang dilakukan oleh Skinner.  Jadwal ini merupakan bentuk lain dari penyajian penguatan yang dihasilkannya perbedaan pada taraf respons (respons rate), yaitu taraf penekanan tuas oleh tikus tadi, maupun pada taraf penghapusan (extinctionrate), yaitu terhapusnya perilaku penekanan tuas. Jadwal penguatan inilah yang membuat Operant Conditioning menjadi bentuk belajar yang sangat Fleksibel. Setiap respons yang pada suatu saat dapat dibiasakan dan dapat juga diakhiri sesuai dengan keinginan kita, dan ini tercapai dengan melalui beragam jadwal pengautan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar