TEORI DAN PENDEKATAN
KONSELING BEHAVIOR THERAPHY
A. SEJARAH
PERKEMBANGAN
Konseling berkembang pertama kali di Amerika yang
dipelopori oleh Jesse B.
Davis tahun
1898 yang bekerja sebagai konselor sekolah di Detroit.
Banyak
factor yang mempengaruhi perkembangan konseling, salah satunya
adalah
perkembangan yang terjadi pada kajian psikologis, mengungkapkan bahwa
kekuatan-kekuatan tertentu dalam lapangan psikologis telah
mempengaruhi
perkembangan konseling baik dalam konsep maupun teknik.
Aliran-aliran
yang muncul dalam lapangan psikologi memberikan pengaruh yang
cukup besar
terhadap perkembangan konseling, diantara aliran-aliran psikologi yang
cukup
memberikan pengaruh terhadap perkembangan konseling adalah sebagai
berikut ;
aliran strukturalisme (Wundt), Fungsionalisme (James), dan Behaviorisme
(Watson).
Perkembangan koseling behavioral bertolak dari
perkembanngan aliran
behavioristik
dalam perkembangan psikologi yang menolak pendapat aliran
strukturalisme
yang berpendapat bahwa mental, pikiran dan perasaan hendaknya
ditemukan
terlebih dahulu bila perilaku manusia ingin difahami, maka munculah teori
introspeksi.
Aliran Behaviorisme menolak metode introspeksi dari
aliran strukturalisme
dengan
sebuah keyakinan bahwa menurut para behaviorist metode introspeksi tidak
dapat
menghasilkan data yang objektif, karena kesadaran menurut para behaviorist
adalah
sesuatu yang Dubios, yaitu sesuatu yang tidak dapat diobservasi secara
langsung,
secara nyata. Bagi aliran Behaviorisme yang menjadi focus perhatian adalah
perilaku yang tampak, karena persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa
mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran dan mentalitas.
Pada awalnya behaviorisme lahir di Rusia dengan
tokohnya Ivan Pavlov, namun pada saat yang hamper bersamaan di Amerika behaviorisme
muncul dengan salah satu tokoh utamanya John B. Watson. Di bawah ini akan kami
kupas beberapa tokoh behaviorisme :
1. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov adalah orang Rusia yang sangat
dikenal dengan teori
pengkondisian klasik (classical conditioning) dengan eksperimennya
yang menggunakan anjing sebagai obyek penelitian. Pengkondisian model Pavlov
ini menyatakan bahwa rangsangan yang diberikan secara berulang-ulang serta
dipasangkan dengan unsure penguat, akan menyebabkan suatu reaksi. Menurut
Pavlov aktivitas organisme dapat dibedakan atas :
a.
Aktivitas yang
bersifat reflektif ; yaitu aktivitas organisme yang tidak disadari
oleh organisme
yang bersangkutan. organisme membuat respons tanpa disadari sebagai reaksi
terhadap stimulus yang mengenainya.
b.
Aktivitas yang
disadari ; yaitu aktivitas atas dasar kesadaran organisme yang
bersangkutan.
Ini merupakan respons atas dasar kemauan sebagai suatu reaksi
terhadap
stimulus yang diterimanya. ini berarti bahwa stimulus yang diterima
oleh organisme
itu sampai pada pusat kesadaran, dan barulah terjadi suatu
respons. Dengan
demikian maka jalan yang ditempuh oleh stimulus dan
respons atas
kesadaran yang lebih panjang apabila dibandingkan dengan
stimulus-respons
yang tidak disadari (respons reflektif). Psikologi yang digagas oleh Pavlov dikenal
dengan psikologi reflek (psychoreflexiologi), karena Pavlov lebih
memfokuskan perhatiannya pada aktivitas yang bersifat reflek.
Berikut
adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:
Gambar
pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom
anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).
Gambar
kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau
mengeluarkan air liur.
Gambar
ketiga. Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS)
setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan
mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.
Gambar
keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika
anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing
akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk
perilaku anjing agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan
mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya
(gambar 2) anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.
Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus
berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah
hadiah berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk
menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan
extinction atau penghapusan.
Pavlov
mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan penghapusan
sebagai berikut:
1) Stimulus
tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui kemampuan
bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan
2) Stimulus
terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral dipasangkan
dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah stimulus netral
yang di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan.
3) Respons
tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau
dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur
4) Respos
terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan CS
dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan
makanan.
.
2. Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Edward Lee Thorndike (psikolog amerika) lahir di
Williamsburg pada tahun
1874. Karya-karyanya yang paling dikenal adalah penelitian mengenai animal
psychology serta teori belajar Trial and error learning.
Thorndike menitikberatkan perhatiannya pada aspek fungsional
perilaku yaitu bahwa proses mental dan perilaku berkaitan dengan penyesuaian
diri organisme terhadap lingkungannya. Karena pendapatnya tersebut maka
Thorndike diklasifikasikan sebagai behaviorist yang fungsional, berbeda dengan Pavlov
yang behaviorist asosiatif dari hasil eksperimennya Thorndike menetapkan ada
tiga macam hukum yang sering disebut dengan hukum primer dalam hal belajar,
tiga hukum tersebut adalah :
a.
Hukum Kesiapan (The
law of readiness)
Respon mudah terjadi pada diri
seseorang yang belajar apabila pada diri seseorang telah ada persiapan. Ada
suasana yang mungkin terjadi:
1)
Organisme siap – diberkan stimulus – anak memberikan respon. Respon
tingkah laku anak akan sepenuh hati sehingga memberikan kepuasan.
2)
Organisme siap – tidak diberi stimulus – anak tidak memberikan respon.
Karena itu kemudian anak akan bertingkah laku lain untuk memenuhi ketidak
puasannya.
3)
Organisme titak siap – diberi stimulus – anak memberikan respon dengan
terpaksa. Dalam hal ini anak tidak puas dan akan melakukan tingkah laku lain
untuk menekan paksaan yang ada.
b.
Hukum Latihan (The
Law of exercise)
Respon terjadi bila sering dilatih dan sebaliknya respon lemah jika
jarang dilatih.
c.
Hukum Efek (The
Law of effect)
Respon yang diberikan seseorang
sangat tergantung dari akibat yang diberikan pada waktu yang lalu.
The law of readiness, adalah salah satu factor penting, karena dalam proses belajar yang
baik organisme harus mempunyai kesiapsediaan, karena tanpa adanya
kesiapsediaan dari organisme yang bersangkutan maka hasil belajarnya
tidak akan
baik.
Sedangkan hukum latihan the law of exercise Thorndike
mengemukakan dua aspek yang terkandung di dalamnya yaitu ; 1). The law of
use, 2). The law of disuse. The law of use adalah hukuk yang menyatkan
bahwa hubungan atau koneksi antara stimulusrespons akan menjadi kuat apabila
sering digunakan.
The law of disuse; adalah hukum yang menyatakan bahwa koneksi antara stimulus-respons akan
menjadi lemah apabila tidak latihan. Mengenai hukum efek Thorndike
berpendapatkan bahwa memperkuat atau memperlemah hubungan stimulus-respons,
tergantung pada bagaiman hasil dari respons yang bersangkutan.
3. John Broadus Watson (1878-1958)
Watson mendefinisikan psikologi sebagi ilmu pengetahuan
tentang tingkah laku. Sasaran behaviorisme adalah mampu meramalkan reaksi dari
satu pengenalan mengenai kondisi perangsang,dan sebaliknya, juga mengenali
reaksi, agar bisa meramalkan kondisi perangsang yang mendahuluinya.
Inti dari behaviorisme adalah memprediksi dan
mengontrol perilaku.
Karyanya diawali dengan artikelnya psychology as the behaviorist
views it pada tahun 1913. Di dalam artikelnya tersebut Watson mengemukakan
pandangan
behavioristiknya yang membantah pandangan strukturalisme dan
fungsionalisme
tentang kesadaran. Menurut Watson (behaviorist view) yang
dipelajari adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kesadaran, kaena kesadaran
adalah sesuatu yang dubios. Metode-metode obyektif Watson lebih banyak
menyukai studi mengenai
binatang dan anak-anak, seperti sebuah studi yang ia
lakukan dalam pengkondisian rasa takut pada anak-anak.
4. Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)
Skinner
membedakan perilaku atas :
a.
Perilaku alami (innate behavior), yang kemudian disebut
juga sebagai clasical ataupun respondent behavior, yaitu perilaku
yangdiharapkan timbul oleh stimulus yang jelas ataupun spesifik, perilaku yang
bersifat reflektif.
b.
Perilaku operan (operant behavior), yaitu perilaku yang
ditimbulkan oleh stimulus yang tidak diketahui, namun semata-mata ditimbulkan
oleh organisme itu sendiri setelah mendapatkan penguatan.
Skinner
yakin jika kebanyakan perilaku manusia dipelajari lewat Operant Conditioning atau
pengkondisian operan, yang kuncinya adalah penguatan segera terhadap respons.
OperantConditioning adalah suatu proses penguatan perilaku yang dapat mengakibatkan
perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan
keinginan.
Skinner membuat mesin untuk percobaanya dalam Operant Conditioning yang
dinamakan dengan"Skinner Box" dan tikus yang merupakan subjek yang
sering digunakan dalam percobaanya.
Dalam percobaannya tersebut yang dilakukan oleh Skinner dalam Laboratorium,
seekor tikus yang lapar diletakkan dalam Skinner Box, kemudian binatang
tersebut akan menekan sebuah tuas yang akan membukakan dulang makanan, sehingga
diperoleh penguatan dalam bentuk makanan. Di dalam setiap keadaan, seekor
binatang akan memperlihatkan bentuk perilaku tertentu; tikus tadi misalnya,
akan memperlihatkan perilaku menyelidik pada saat pertama kali masuk kedalam
Box,yaitu dengan mencakar-cakar dinding dan membauinya sambil melihat-lihat
kesekelilingnya. Secara kebetulan, dalam perilaku menyelidik tersebut tikus menyentuh
tuas makanan dan makanan pun berjatuhan. Setiap kali tikus melakukan hal ini
akan mendapatkan makanan; penekanan tuas diperkuat dengan penyajian makanan
tersebut, sehingga tikus tersebut akan menghubungkan perilaku tertentu dengan
penerimaan imbalan berupa makanan tadi. Jadi, tikus tersebut akan belajar bahwa
setiap kali menekan tuas dia akan mendapatkan makanan dan tikus tersebut akan
sering kali mengulangi perilakunya, sampai ada proses pemadaman atau
penghilangan dengan menghilangkan penguatannya.
Eksperimen
terhadap tikus dilakukan untuk menjelaskan bagaimana tingkalaku manusia dapat
terbentuk, yang pada dasarnya tingkah laku dipengaruhi oleh lingkungan yang
dikondisikan (pengkodisian operan). Melalui pengkodisian tersebut maka
terjadilah proses belajar yang kemudian menghasilkan tingkah laku baru (respon)
yang inginkan. Untuk meningkatkan tingkah laku tersebut maka dapat diperkuat
dengan reinforcement.
Dalam eksperimen Skinner tersebut
terdapat istilah Penguatan atau dapat disebut sebagai reinforcement yaitu,
setiap kejadian yang meningkatkan ataupun mempertahankan kemungkinan
adanya respon terhadap kemungkinan respon yang diinginkan. Biasanya yang berupa
penguatan adalah sesuatu yang dapat menguatkan dorongan dasar (basic driver,
seperti makanan yang dapat memuaskan rasa lapar atau air yang dapat menugatkan
rasa haus) namun tidak harus selalu demikian.
Pada manusia,penguatan sering salah sasaran sehingga pembelajaran menjadi tidak
effisien. Masalah lain dengan pengkondisian manusia adalah penentuan manakah konsekuansi-konsekuensi
yang menguatkan dan manakah yang melemahkan. Karena bergantung pada sejarah
individu, penguatan dan disiplin terkadang dapat menjadi penguatan sedangkan
ciuman dan pujian dapat menjadi hukuman.
Dalam penguatan tersebut dibedakan antara pengutan positif dan negatif.
Penguatan
positif adalah stimulus yang apabila diberikan sesudah terjadinya respon,
meningkatkan kemungkinan respon tersebut.
-> Respon 1
/
S
(Rangsang) ---> Respon
2
--> Penguatan
\
-> Respon 3
Menjadi :
S(Rangsang) --> Respon
2 berulang-ulang
Penguatan negatif adalah stimulus yang dihapuskan
sesudah responnya timbul, meningkatkan kemungkinan adanya respon; shock
elektrik dan bunyi yang menyakitkan digolongkan sebagai penguat negatif dan
sebagai penguat negative jika penguat itu dapat ditiadakan ketika timbul respon
yang diinginkan.
-> Respon
1
--> Shock
elektrik
/
S
(Rangsang) -->
Respon2
\
->
Respon3
-->
Shock elektrik
Menjadi :
S
(Rangsang)
-->
Respon2
Adapun
Jenis-Jenis Penguat Skinner dikategorikan, sbb;
1) Penguat
utama (Primary reinforcers) adalah penguat yang memengaruhi
perilaku tanpa perlu belajar, seperti: makanan, minuman, seks. Ini disebut
penguat alami.
2) Penguat
sekunder (Secondar reinforcers). Adalah penguat yang membutuhkan tenaga
penguat karena sudah diasosiasikan dengan penguat utama, seperti memuji
seseorang.
Tadi telah diuraikan bahwa bagaimana seekor tikus
dalam Skinner Box yang menekan tuas akan menerima butir-butir makanan setiap
kali tikus tersebut melakukannya. Apabila kita menghentikan pemberian penguatan
ini, perilaku penekanan tuas pun secara bertahap akan menghilang, biasanya
hanya beberapa menit setelah penghentian penguatan. Apa yang membuat Operant Conditioning ini
penting untuk menjelaskan belajar adalah pengembangan jadwal penguatan yang
dilakukan oleh Skinner. Jadwal ini
merupakan bentuk lain dari penyajian penguatan yang dihasilkannya perbedaan
pada taraf respons (respons rate), yaitu taraf penekanan tuas oleh tikus tadi,
maupun pada taraf penghapusan (extinctionrate), yaitu terhapusnya perilaku
penekanan tuas. Jadwal penguatan inilah yang membuat Operant Conditioning
menjadi bentuk belajar yang sangat Fleksibel. Setiap respons yang pada suatu
saat dapat dibiasakan dan dapat juga diakhiri sesuai dengan keinginan kita, dan
ini tercapai dengan melalui beragam jadwal pengautan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar